Tentang Hakikat Seorang Wanita

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
http://obat-penyejuk-hati.blogspot.com

Artikel : Hakikat Seorang Wanita
Segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi termulia, pemuka para rosul. Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Alloh dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya.

Artikel Tentang Hakikat Seorang Wanita
http://obat-penyejuk-hati.blogspot.com


Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam berkata :

“Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumah maka syaithon menghias-hiasinya (membuat indah dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah)”. (At Tirmidzi, dishohihkan dengan syarat Muslim oleh Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi`i dalam Ash Shohihul Musnad, 2/36).

Duhai Saudariku, saat ini wanita telah menjadi barang dagangan yang murah, mereka yang merelakan dirinya menjadi komoditas. Tidak hanya wajah dan tubuhnya yang menjadi barang dagangan, yang penting bisa mendatangkan rupiah. Wallohu musta’an

Fenomena iklan, pasti di sana ditayangkan sosok wanita. demi memuaskan nafsu dan syahwat. Padahal dampak dari kerusakan ini bisa berupa mata rantai yang panjang.

Di manakah gerangan orang-orang yang menuntut kebebasan kaum wanita ? slogan persamaan gender, menuntut kebebasan wanita padahal sebenarnya bukanlah karena simpati atau iba terhadap wanita, justru mereka menuntut kebebasan itu agar dapat menikmati wanita !

Kalian pasti tahu, bagaimana para wanita diperdagangkan oleh orang-orang yang menuntut kebebasannya? Berapa banyak sudah wanita yang terenggut kesuciannya dan ditimpa kehancuran dalam kehidupannya?

Perangkap yang membuatmu terpedaya. kemudian akhir dari sebuah kecantikan hanyalah bangkai yang menjijikkan dalam kegelapan kubur dan secarik kain kafan, beserta cacing-cacing yang merasa iri padamu dan merampas kecantikan itu darimu.

Saudariku muslimah, hendaknya engkau waspada akan bahaya, segala yang berselubung namun menyembunyikan sesuatu yang nista.

Ini semua merupakan hasil (baca: akibat) dari aturan-aturan yang mengklaim telah berbuat adil terhadap kaum wanita dan telah memberikan segala haknya, termasuk dalam hal kebebasan dan persamaan hak. Juga sebagai akibat dari opini jahat yang selalu disuarakan sebagai bentuk dukungan terhadap segala aturan dan undang-undang yang menyelisihi ketentuan (syariat) Dzat Yang Maha Pencipta lagi Maha Bijaksana yang dicakup oleh Islam baik yang terdapat dalam Al-Qur`an ataupun As-Sunnah, yang telah memberikan untuk masing-masing dari kaum lelaki dan wanita segala haknya dengan penuh kemuliaan dan keadilan.” (Al-Huquq wal Wajibat ‘alar Rijal wan Nisa` fil Islam).

Para misionaris emansipasi wanita pun masih belum puas terhadap apa yang telah ditetapkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, Dzat Yang Maha Hakim dalam islam, Mereka mempersoalkan, menentangnya dan mencela Islam dengan slogan-slogan yang mereka suarakan; “Menuntut persamaan, kebebasan, dan keadilan”. Apapun yang bisa dijadikan dalil diangkatlah sebagai dalil, tidak peduli haq ataukah batil.

Padahal Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyatakan :

وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ

“Akan tetapi kaum lelaki (para suami), mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada kaum wanita (istrinya).” (QS.Al Baqoroh : 228).

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, disebabkan Alloh telah melebihkan sebagian mereka (lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lelaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa`: 34)

Demikian pula perkataan Alloh Subhanahu wa Ta’ala :

وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَاْلأُنْثَى

“Dan anak laki-laki itu tak sama dengan anak wanita.” (QS. Ali ‘Imron: 36)

Al-Imam Ibnu Katsir rohimahullohu berkata : “Yaitu dalam hal kekuatan, kesungguhan/ketabahan dalam beribadah dan mengurus...” (Tafsir Ibnu Katsir).

Mereka ‘memelintir’ ayat-ayat Al-Qur`an demi menghalalkan tuntutannya. Betapa jeleknya jalan yang mereka tempuh itu. Di antara ayat yang mereka ‘pelintir’ tersebut adalah perkataan Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya dengan cara yang ma’ruf.” (QS. Al-Baqoroh : 228).

Mereka beralasan dengan ayat ini bahwa Islam tidak membedakan antara kaum lelaki dengan kaum wanita dalam semua haknya.

Padahal ayat di atas masih ada kelanjutannya yang jelas-jelas menunjukkan keutamaan kaum lelaki (para suami) atas kaum wanita (para istri). Yaitu :

وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ

“…Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.”

Adanya perbedaan yang mencolok antara kaum lelaki dengan kaum wanita dalam banyak halnya (di antaranya penampilan fisik) yang menjadikan hak dan kewajiban mereka pun berbeda. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata :

أَوَمَنْ يُنَشَّأُ فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍ

“Dan apakah patut (menjadi anak Alloh) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberikan alasan yang terang dalam pertengkaran?!” (QS. Az-Zukhruf : 18)

Al-Imam Asy-Syaukani rohimahullohu berkata :

“Abd bin Humaid meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma tentang tafsir “orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberikan alasan yang terang dalam pertengkaran” bahwa dia adalah kaum wanita. Maka dijadikanlah berbeda antara penampilan mereka (kaum wanita) dengan penampilan kaum lelaki, berbeda pula dalam hal warisan dengan dikuranginya jatah mereka daripada jatah kaum lelaki, demikian pula dalam hal persaksian. Alloh Subhanahu wa Ta’ala perintahkan mereka untuk duduk (tidak ikut berperang), maka dari itu mereka disebut khawalif (orang-orang yang tidak ikut berperang).” (Fathul Qodir, 4/659)

Kemudian di antara tanda-tanda kekuasaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah diciptakannya untuk kaum lelaki para istri dari jenis mereka (manusia) juga, supaya kaum lelaki cenderung dan merasa tentram kepadanya serta Alloh Subhanahu wa Ta’ala jadikan antara keduanya rasa kasih dan sayang. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata :

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS.Ar-Rum: 21)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala menciptakan wanita diantaranya untuk kaum lelaki dan sebagai tempat untuk merasakan ketentraman dan kasih sayang, maka berarti posisi kaum lelaki di atas kaum wanita. Sehingga ketika seorang wanita (istri) menganggap bahwa dirinya sepadan dengan suaminya dalam segala hak, atau merasa lebih daripada suaminya maka tak akan tercipta lagi suasana tentram dan rasa kasih sayang di antara mereka itu.

Di antara ayat yang mereka ‘pelintir’ juga adalah perkataan Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholih, baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl : 97).

Mereka berdalil dengan ayat ini bahwa Alloh Ta’ala memberikan hak yang sama antara laki-laki dan wanita yang beriman dalam hal pahala, atas dasar itulah tidak ada perbedaan yang mendasar antara laki-laki dan wanita dalam hak maupun kewajiban kecuali satu kelebihan yaitu memberi nafkah yang merupakan kewajiban laki-laki.

Pendalilan mereka tentang ayat di atas tidaklah benar, bahkan bertentangan dengan syariat dan akal yang sehat, sebagaimana penjelasan berikut ini :

Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidaklah melebihkan kaum lelaki atas kaum wanita semata-mata karena pemberian nafkah. Bahkan (lebih dari itu) Alloh Subhanahu wa Ta’ala melebihkan mereka disebabkan kepemimpinannya atas kaum wanita (para istri). Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata :

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, disebabkan Alloh telah melebihkan sebagian mereka (lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lelaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa`: 34)

Di antara hikmah diciptakannya kaum wanita oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah untuk (kenikmatan) kaum lelaki di dunia dan juga di akhirat. Bahkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala karuniakan dari nikmat (istri) tersebut nikmat yang berikutnya, yaitu dilahirkannya anak yang tidaklah dinasabkan kecuali kepada ayahnya; fulan bin fulan atau fulanah binti fulan. Hal ini sebagai bukti akan kelebihan kaum lelaki atas kaum wanita. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata :

وَاللهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ

“Alloh menjadikan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri dan menjadikan bagi kalian dari para istri itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberi kalian rizki dari yang baik-baik.” (QS. An-Nahl: 72)

Balasan mulia bagi orang-orang beriman lagi beramal sholih yang disebutkan dalam Al-Qur`an adalah (bidadari) para istri yang suci di dalam Al-Jannah. Hal ini menunjukkan betapa posisi kaum lelaki di atas kaum wanita baik di dunia maupun di akhirat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata :

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal sholih, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam Al-Jannah itu, mereka mengatakan: ‘Inilah yang dahulu pernah diberikan kepada kami.’ Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalam Al-Jannah tersebut ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 25)

إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا. حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا. وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا. وَكَأْسًا دِهَاقًا. لاَ يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلاَ كِذَّابًا

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa itu suatu kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya (Al-Jannah) mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta.” (An-Naba`: 31-35)

Wanita adalah orang-orang yang kurang dalam hal agama dan akal, sehingga tidaklah bisa disamakan dengan laki-laki. Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata :

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّيْ رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ. فَقُلْنَ: وَبِمَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ، مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِيْنٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ. قُلْنَ: وَمَا نُقْصَانُ دِيْنِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: أَلَيْسَتْ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ؟ قُلْنَ: بَلَى. قَالَ: فَذَلِكَ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا، أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ؟ قُلْنَ: بَلَى. قَالَ: فَذَلِكَ مِنْ نُقْصَانِ دِيْنِهَا.

“Wahai sekalian kaum wanita, bersedekahlah! Karena aku melihat bahwa kalianlah orang terbanyak yang menghuni neraka. Mereka berkata: ‘Dengan sebab apa wahai Rosululloh?’ Beliau menjawab : ‘(Karena) kalian banyak melaknat dan seringkali ingkar terhadap kebaikan (yang diberikan oleh para suami). Aku belum pernah melihat di antara orang-orang yang kurang dalam hal agama dan akal yang dapat menghilangkan akal seorang lelaki (suami) yang tangguh melainkan seseorang dari kalian.’ Mereka berkata: ‘Sisi apakah yang menunjukkan kurangnya agama dan akal kami wahai Rosululloh?’ Beliau menjawab : ‘Bukankah persaksian wanita setengah dari persaksian lelaki?’ Mereka berkata: ‘Ya’, kemudian beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata : ‘Maka itulah di antara kekurangan akalnya. Bukankah ketika datang masa haidnya seorang wanita tidak melakukan sholat dan puasa?’ Mereka berkata: ‘Ya’, maka Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata : ‘Maka itulah di antara kekurangan agamanya.” (Bukhori dalam Shohihnya no. 304 dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallohu 'anhu).

Asy Syaikh Robi’ bin Hadi Al-Madkholi hafidhohulloh berkata :

“Dalam hadits ini terdapat kejelasan tentang kurangnya agama dan akal wanita. Dan yang nampak bahwa kekurangan ini merupakan salah satu sebab banyaknya melaknat dan terjatuhnya mereka ke dalam perbuatan ingkar terhadap kebaikan yang diberikan para suami. Sebagaimana pula dalam hadits ini terdapat kejelasan bahwa persaksian dua wanita sama dengan persaksian satu orang lelaki, yang di antara sebabnya adalah kurangnya akal pada mereka.” (Al-Huquq wal Wajibat ‘alar Rijal wan Nisa` fil Islam).

Nasehatku wahai saudariku muslimah..

Ingatlah dengan pemberitaan Nabi shollallohu 'alaihi wasallam :

إِنَّ أَقَلُّ سَاكِنِي الْجَنَّة النِّسَاءُ

"Minoritas penghuni surga adalah kaum wanita." (Muslim no. 2738)

Bila demikian adanya pantaslah bagi seorang wanita yang mencari keselamatan diri dari adzab dengan menjaga kehormatan diri, waspada dari segala propaganda menyesatkan dan menghiasinya dengan sifat malu dan taqwa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
By Andre and Nisa
http://obat-penyejuk-hati.blogspot.com
Like Me: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Renungan

Feedage Grade B rated